Translate

Jumat, 30 Desember 2011

TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM


BAB I
TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

A.    Pengertian Tujuan
Tujuan merupakan standar usaha yang dapat ditentukan, serta mengarahkan usaha yang akan dilalui dan merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain. Di samping itu, tujuan dapat membatasi ruang gerak usaha, agar kegiatan dapat terfokus pada apayang dicita-citakan dan yang terpenting lagi adalah dapat memberi penilaian atai evaluasi pada usaha-usaha pendidikan.[1]
Tujuan pendidikan Islam adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melaksanakan pendidikan Islam.[2] Perbuatan mendidik diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu, yaitu tujuan pendidikan. Tujuan-tujuan ini bisa menyangkut kepentingan peserta didik sendiri, kepentingan masyarakat dan tuntutan lapangan pekerjaan atau ketiga-tiganya.[3]
Tujuan pendidikan merupakan arah bagi anak didik, akan dibawa ke arah mana anak didik. Oleh karena itu, tujuan sebagai suatu patokan untuk dicapai, yang dilakukan pendidik dan anak didik secara bersama-sama dan dengan komitmen bersama-sama pula harus dilakukan dengan baik.

B.     Tujuan Pendidikan Islam
            Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan menggunakan berbagai alat dan metode yang tepat. Tujuan pendidikan dari suatu bangsa adalah cita-cita hidup untuk mencapai dan menuju kepada kepribadian bangsa yang berkualitas dan berakhlak luhur.[4]
Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oeh Allah SWT. Tujuan hidup manusia itu menurut Allah ialah beribadah kepada-Nya. Hal ini sesuai dengan Q.S. Ad-Dzariyat ayat: 65.
 
Artinya: “Dan Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku”.[5]

Jika tugas manusia dalam kehidupan ini demikian penting, maka pendidikan harus memiliki tujuan yang sama dengan tujuan penciptaan manusia. Bagaimana pun, pendidikan Islam sarat dengan pengembangan nalar dan penataan perilaku serta emosi manusia dengan landasan dinul Islam. Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam adalah merealisasikan penghambaan kepada Allah dalam kehidupan manusia, baik secara individual maupun secara sosial.[6] Proses pendidikan terarah pada peningkatan penguasaan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka pembentukan dan pengembangan diri peserta didik. Pengembangan diri ini dibutuhkan untuk menghadapi tugas-tugas dalam kehidupannya sebagai pribadi, sebagai siswa, karyawan, profesional maupun sebagai warga masyarakat.[7] Pendidikan Islam bertujuan membangun karakter anak didik yang kuat menghadapi berbagai cobaan dalam kehidupan dan telaten, sabar, serta cerdas dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Secara sistematis, tujuan pendidikan Islam antara lain sebagai berikut:
1.      Terwujudnya insan akademik yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.
2.      Terwujudnya insan kamil yang berakhlakul karimah.
3.      Terwujudnya insan muslim yang berkepribadian.
4.      Terwujudnya insan yang cerdas dalam mengaji dan mengkaji ilmu pengetahuan.
5.      Terwujudnya insan yang bermanfaat untuk kehidupan orang lain.
6.      Terwujudnya insan yang sehat jasmani dan rohani.
Terwujudnya karakter muslim yang menyebarkan ilmunya kepada sesama manusia.[8]

C.    Tujuan Pendidikan Islam menurut para ahli pendidikan     
            Menurut Abu Ahmadi sebagaimana dikutip oleh Prof. DR. Ramayulis, menyatakan bahwa tujuan dari pendidikan Islam mempunyai beberapa tahap, tahap-tahap tersebut meliputi:
1.      Tujuan Tertinggi atau terakhir.
            Tujuan ini bersifat mutlak, tidak mengalami perubahan dan berlaku umum, karena sesuai dengan konsep ketuhanan yang mengandung kebenaran mutlak dan universal. Tujuan tertinggi atau terakhir ini pada akhirnya sesuai dengan tujuan hidup manusia dan peranannya sebagai makhluk ciptaan Tuhan, yaitu:
a.        Menjadi hamba Allah. Tujuan ini sejalan dengan tujuan hidup dan penciptaan manusia, yaitu semata-mata  untuk beribadah kepada Allah SWT.
b.      Mengantarkan peserta didik menjadi khalifah fi al-Ard, yang mampu memakmurkan bumi, melestarikannya dan lebih jauh lagi, mewujudkan rahmat bagi alam sekitarnya, sesuai dengan tujuan penciptaannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Q. S. Al-An’am ayat 165.
  
Artinya: “Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barang siapa yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri”. (Q. S. al-An’am: 165).

c.       Untuk memperoleh kesejahteraan, kebahagiaan hidup di dunia sampai akhirat, baik individu maupun masyarakat.[9] Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Q. S. al-Qashash ayat 77.

            Artinya: “Dan carilah apa yang dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) Lampung akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaan dari (kenikmatan) duniawi”. (Q. S. al-Qashash: 77).[10]

Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir. Tujuan akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami dalam firman Allah Q. S. Ali Imron ayat 102.

      Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim”. (Q. S. Ali Imron: 102).
                               
                                Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim yang merupakan ujung dari takwa sebagai akhir dari proses hidup jelas berisi kegiatan pendidikan. Inilah akhir dari proses pendidikan itu yang dapat dianggap sebagai tujuan akhirnya. Insan kamil yang mati dan akan menghadap Tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan.
2.      Tujuan Umum
            Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan umum itu meliputi seluruh aspek kemanusiaan, yaitu sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada setiap tingkat umur, kecerdasan, situasi dan kondisi, dengan kerangka yang sama. Bentuk insan kamil dengan pola takwa, harus dapat tergambar pada pribadi seseorang yang sudah dididik walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah, sesuai dengan tingkat-tingkat tersebut.[11]
3.      Tujuan Khusus
      Tujuan khusus bersifat relatif sehingga dimungkinkan untuk diadakan perubahan di mana perlu sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan. Pengkhususan tujuan tersebut dapat didasarkan pada:
a.       Kultur dan cita-cita suatu bangsa.
b.      Minat, bakat dan kesanggupan subyek didik.
c.       Tuntutan situasi, kondisi pada kurun waktu tertentu.[12]
4.      Tujuan Sementara
            Yaitu sasaran sementara yang harus dicapai oleh umat Islam yang melaksanakan pendidikan Islam. Tujuan sementara disini yaitu, tercapainya berbagai kemampuan seperti kecakapan jasmaniah, pengetahuan membaca, menulis, pengetahuan ilmu-ilmu kemasyarakatan, dan sebagainya.[13] 

D.    Tujuan pendidikan dalam perspektif Ibnu Khaldun

Lebih spesifik Ibnu Khaldun seorang tokoh pendidikan Islam merumuskan tujuan pendidikan Islam dengan berpijak pada  firman Allah sebagai berikut:

      وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا

Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi”

      Berdasarkan firman tersebut Ibnu khaldun merumuskan bahwa tujuan pendidikan Islam terbagi atas dua macam, yaitu:
  1. Tujuan yang berorientasi ukhrawi, yaitu membentuk seorang hamba agar melakukan kewajiban kepada Allah SWT.
  2. Tujuan yang berorientasi duniawi, yaitu membentuk manusia yang mampu menghadapi segala bentuk kebutuhan dan tantangan kehidupan, agar hidupnya lebih layak dan bermanfaat bagi orang lain.



Menurut Imam jalaluddin Al-Mahalli dan Imam jalaluddin As-Suyuthi dalam tafsir Jalalain berkaitan dengan QS. Al-Qashash : 77 adalah:

وَابْتَغِ  (Dan carilah) upayakanlah - فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ (pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepada kalian) berupa harta benda –
الدَّارَ الآخِرَةَ (kebahagiaan negeri akhirat) seumpamanya kamu menafkahkannya dijalan ketaatan kepada Allah - وَلا تَنْسَ (dan janganlah kamu melupakan) jangan kamu lupa - نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا (bagianmu dari kenikmatan duniawi) yakni hendaknya kamu beramal dengan Nya untuk mencapai pahala di akhirat.[14]

Sedangkan menurut Muhammad Nasib Ar-rifai dalam ringkasan tafsir Ibnu Katsir berkaitann dengan QS. Al-Qashash : 77 adalah:

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi”

Maksudnya ialah: seperti makanan, minuman, pakaian, istri dan tempat tinggal yang telah diperbolehkan Allah. Karena kamu pun memiliki hak dari Allah, dirimu memiliki hak yang harus kamu berikan, keluargamu pun memiliki hak, dan tetangga juga mempunyai hak. Maka berikanlah hak kepada setiap pemiliknya. [15]
           
           

DAFTAR PUSTAKA

Al-Mahalli Imam jalaluddin dan As-Suyuthi Imam jalaluddin, Tafsir Jalalain, Bandung, Sinar Baru Algesindo, 2003, cet. 6.

An Nahlawi Abdurrahman, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah Dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani Press, 1995, cet. 1.

Al-Qur’an dan Terjemahnya, Al-Hikmah dan Departemen Agama RI, Cet. 10.

Ar-rifai Muhammad Nasib, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta: Gema Insani,
2000, Cet. 1.

Daradjat Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, cet. 7.

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005, Cet. 4.

Mujib Abdul dan Mudzakkir Jusuf. Ilmu Pendidikan Islam Telaah Atas Kerangka Konseptual Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2006. cet. 1.,

Saebani Beni Ahmad dan Akhdhiyat Hendra, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2009, cet. 1.

Sukmadinata Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007, cet. 4.

Surya Mohamad, dkk., Landasan Pendidikan Menjadi Guru Yang Baik,  Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, cet.1

Uhbiyati Nur, Ilmu Pendidikan Islam (IPI), Bandung: Pustaka Setia, 2005, Cet. 3.

Tafsir Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005, cet. 6.










[1] Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam Telaah Atas Kerangka Konseptual Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), cet. 1., h.91.
[2] Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPI), (Bandung: Pustaka Setia, 2005), Cet. 3., h. 29.
[3] Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), cet. 4., h. 4.
[4] Mohamad Surya, dkk., Landasan Pendidikan Menjadi Guru Yang Baik,  (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), cet.1, h.29.
[5] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005), cet. 6., h.46.
[6] Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah Dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), cet. 1., h. 117.
[7] Nana Syaodih Sukmadinata., loc. cit.
[8] Beni Ahmad Saebani dan Hendra Akhdhiyat, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2009), cet. 1., h. 147.

[9] Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet. 4, h. 30-31.
            [10] Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Al-Hikmah dan Departemen Agama RI), Cet. 10., h. 394.

[11] Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet. 7., h. 30.

[12] Ramayulis., loc. cit.
[13] Nur Uhbiyati, op.cit., h. 30.

[14] Imam jalaluddin Al-Mahalli dan Imam jalaluddin As-Suyuthi, Tafsir Jalalain, (Bandung, Sinar Baru Algesindo, 2003), cet. 6, h. 1668
[15] Muhammad Nasib Ar-rifai, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta: Gema Insani, 2000), Cet. 1. h. 702

Tidak ada komentar:

Posting Komentar